Selasa, 03 Juni 2014

AMBISINIOUS

Kecewa, marah, kesal, geram entah itu semua jadi satu. Kalau saja boleh mengulang diputar waktu saya tidak akan memilih, mengikuti mau nya orang tua. Terkadang apa yang mereka pilihkan untuk putra-putrinya untuk masa depan tidak banyak berdampak baik bagi psikologis si anak, banyak dari sedikit atau sebaliknya tidak membuat mereka bahagia dan mengeksplor bakat apa si anak yang mereka punya. Kebanyakan anak menutup dan menarik diri dari lingkungan juga teman-temannya atas keterpaksaan MENERIMA mau nya orang tua. Yak, salah satunya saya. Sebenarnya saya sangat mengerti apa yang di inginkan oleh orang tua saya. Ia, menginginkan anaknya bisa Success sesuai dengan pilihan mereka, tapi apakah mereka memikirkan perasaan anaknya terhadap " KETERPAKSAAN " yang di alami ? apakah mereka tersirat sedikit terhadap anak mereka secara perlahan Psikologinya terganggu ? Entah hanya mereka dan TUHAN yang tahu. 
Terhubung dengan " KETERPAKSAAN " terhadap anak mereka. Sebenarnya, para orang tua ini secara tidak sengaja PEMBUNUH perlahan paling kejam dalam kreatifitas, potensi si anak. Dan pada akhirnya anak pun luluh mengikuti dan menjalankan apa yang Orang Tua mau.
Hingga detik dan sampai hidup yang saya jalani dan sangat terekam jelas dalam otak bagaimana mereka " MENGHARUSKAN " jujur saja saya masih belum bisa menerima apakah ini jalan hidup yang harus saya jalani. Benar-benar mengasingkan diri dari teman-teman SD, SMP, SMA, tetangga, hingga sampai Sanak Famili, malu rasanya untuk menerima kepahitan ini. Entah, sifat egois dan ketidakpenerimaan ini sepertinya tumbuh seiring berjalan sejak umur masih dini.  Hingga saat ini entah kenapa masih belum bisa mencintai pekerjaan yang saya jalani, yang selalu timbul adalah rasa kecewa dan selalu kecewa. Saya enggan mencintai pekerjaan mungkin untuk orang awam gelar ini dipandang sangat elegan dan mulia, tapi apa yang saya geluti di dunia kerja nyatanya tidak dipandang berkelas dengan para sejawat apalagi petinggi kalangan Spesialis.

Banyak orang serta teman-teman melihat saya gembira, padahal hingga detik ini entah menyiksa dalam hati, terkadang apa yang tampak baik, nggak selamanya terlihat sempurna !
Dalam hal ini saya cuman bisa geram, dan kekesalan dipendam dalam hati, kalau pun sudah pilu dalam hati biasanya senjata ampuh sudah dapat menenangkan saya. Dimana letak kebahagiaanku ? Ia masih terombang-ambing, dan aku terpaksa mengikuti ke mana arus kebahagian yang belum ku dapat. Entah, harus sampai kapan saya ketergantungan senjata ampuh itu. Hidup ini keras ! Yak lebih baik keras diri pada dirimu sendiri, sebelum dunia yang keras terhadapmu. Right.

Dan parahnya lagi, " KETERPAKSAAN " ini turun temurun saudara sekandung ku sendiri harus wajib mengikuti apa yang mereka mau. Entah, ambisius atau keegoisan mereka benar-benar hanya tulisan ini yang bisa mendeskripsikan betapa kecewa entah kehabisan kata-kata. 

Speechless dengerin radio dapet qoute ini dari salah satu penyiarnya, yang berbunyi : 
" Harus ada pahit untuk menciptakan manis. Harus ada sakit hati untuk menciptakan manis ".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar